Dengan membaca kita bisa melihat dunia! Ungkapan ini mengandung makna yang sangat-sangat membangun serta menginspirasi. Di zaman ini kegiatan membaca sudah sangat lazim dilakukan oleh pelajar maupun para mahasiswa pada umumnya, dimana dengan adanya perkembangan teknologi yang semakin meningkat serta berkembangnya budaya-budaya luar dikalangan negara kita sendiri yang membuat kita sering meninggalkan budaya kita sendiri untuk mencoba budaya luar, contoh kecilnya saja budaya membaca buku yang biasanya bertatap langsung dengan buku kini beralih pada tatapan layar handphone sendiri, ini membuktikan bahwa kita lebih cenderung meniru budaya luar ketimbang memelihara budaya kita sendiri, apalagi dengan berkembangnya alat-alat elektronik yang sangat mempermudah aktivitas belajar kita. Tapi perlu diketahui bahwa, kehadiran alat-alat elektronik tersebut juga bisa membawa dampak negative, diantaranya kemalasan yang semakin merajalela dan minat belajar yang semakin berkurang.
Kendatinya
dengan membaca buku berarti kita juga sudah bisa melestarikan budaya membaca di
Negara kita sendiri. Dan pada umumnya budaya membaca buku sudah diajarkan sejak
kita berusia dini hinggah terbawa sampai sekarang. Tapi tidak dipungkiri bahwa
sebagian dari kita malah menganggap budaya membaca buku sebagai sebuah
aktivitas atau pekerjaan yang membosankan. Karena harus duduk berjam-jam dan
menatap lembar per lembar dengan telitinya, bahkan ada yang beranggapan bahwa
pekerjaan membaca adalah membuang-buang waktu, mengapa demikian? Karena membaca
akan memerlukan waktu yang sangat panjang, ketimbang menonton televisi atau
mendengarkan radio. Apalagi zaman
sekarang ini setiap beritanya selalu ter-update setiap menitnya dan itu mempermudah
masyarakat untuk menyimak secara cepat melalui televisi dan radio dengan mudah
tanpa perlu menunggu beberapa jam untuk harus membaca berita tersebut. Namun yang menjadi persoalan
terbesar adalah dengan adanya televisi lebih banyak masyarakat yang
menghabiskan waktunya didepan layar, dan kebiasaan ini biasanya paling banyak
dilakukan oleh para pelajar dan mahasiswa. Sehinggah penyebabnya adalah
kemalasan untuk membaca lumrah menjadi suatu kebiasaan yang sering terabaikan,
ditambah lagi dengan kurangnya parhatian dari para orang tua dan kesadaran
dalam diri yang selalu terabaikan.
Membaca
merupakan salah satu media belajar yang sangat efektif di dalam dunia
pendidikan. Itu jelas dalam dunia pembelajaran, pendidikan harus didasari
dengan kemampuan, dimana kemampuan tersebut harus diimbangi dengan tulis dan
baca sebagai dasar. Di Indonesia sendiri, membaca dan menulis sudah menjadi
kebiasaan sejak awal masuk sekolah, namun dengan berjalannya waktu, kebiasaan
itu semakin berkurang dengan bertambahnya usia serta bertambahnya jumlah
kesibukan pada diri seseorang, hinggah akhirnya kebiasaan-kebiasaan yang sudah
terbawa dari kecil itu pun akhirnya sirna dan terlupakan, dan jika sesekali
membaca pun mungkin hanya ketika sedang ujian test ataupun lagi berada dalam
kelas tapi lebih banyaknya para pelajar lebih banyak menghabiskan membaca komix
atau novel-novel terbaru, membaca komix ataupun novel memang adalah juga bagian
dari belajar, tapi sebaiknya kebiasaan tersebut juga perlu diimbangi dengan
membaca bahan bacaan yang lain, misalnya saja membaca bacaan pendidikan atau
materi sekolah/kuliah sehinggah wawasan kita bisa bertambah. Dengan demikian
maka kebiasaan seperti itu di Indonesia
sudah menjadi seperti sebuah kebiasaan tersendiri. Dimana dalam dunia pendidikan
lebih sering menghabiskan waktu untuk membagi ilmu ketimbang mencari ilmu. Dan
itu sudah menjadi ketetapan dalam dunia pendidikan, yang hanya mengajarkan para
siswa maupun mahasiswi untuk mengambil kesempatan dalam menampung ilmu tanpa
mencari refrensi luar yang menambah wawasan siswa/siswinya.
Selain
itu, kurangnya kesadaran para pelajar dan mahasiswa dalam mementingkan dirinya
sendiri juga menjadi konflik utama , karena bagaimanapun juga hanya diri
sendirilah yang mampu mengendalikan segala kemauan dalam diri. Jika pada
mulanya tidak ada keinginan sama sekali dalam diri, maka mau sampai dimana juga
orang tersebut tidak akan pernah bisa berkembang. Maka di Indonesia akan terus
hidup sebagai Negara berkembang tanpa tau kapan harus menjadi Negara maju.
Bagaimana tidak, kalau kita hanya mau hidup dibawah ajaran orang dan Negara
lain, tanpa tau dan peduli sama Negara kita sendiri. Pendidikan yang semakin
campu aduk, ajaran yang semakin melemahkan semangat belajar siswanya, aturan
yang sering diinjak-injak, moral yang berubah-ubah, kapan kita memerdekakan
diri. Jangan bilang Indonesia merdeka berarti kita bebas dari penjajah, dan
merdeka secara total. Sesungguhnya kita masih dijajah oleh diri sendiri, masih
terbelenggu dengan hutang-piutang kemerdekaan itu.
Jangan
sekali-kali mengakui pendidikanmu bermutu tinggi sedangkan perpustakaanmu
dibiarkan kosong dan dipenuhi sarang
laba-laba serta berkerumun kutu-kutu
buku, lalu jangan juga kau bicara soal pengetahuan dan wawasan apabila kau
hanya menenteng handphone bermerek dan membalik-balikan screennya. Cobalah
bicara dan berdiskusi tentang judul atau topik yang memberimu pengetahuan.
Karena setinggi apapun pendidikanmu, tanpa membaca pendidikan tinggimu itu
adalah kosong. Membaca ibarat seperti pelita, menerangi sepanjang jalan dalam
kegelapan. Begitu juga dengan membaca. Membaca tidak hanya membantumu saat ini
ataupun detik ini saja. Dengan membaca dan semakin banyak membaca, memorymu
akan sanggup merekam sebagian yang kau baca hinggah disuatu hari apa yang kau
baca tersebut dapat kau rekam kembali. Membaca seperti menabung, semakin banyak
membacamu semakin kaya pengetahuanmu.
Membaca
yang baik akan membuatmu merasakan kenyamanan ketika kamu sedang membaca.
Membaca juga tidak hanya selalu ditempat-tempat yang sunyi, ada juga kebiasaan
membaca yang mampu menambah minat membacanya, seperti membaca sambil
mendengarkan dan menghayati lagu juag sangat bermanfaat, selain itu membaca
sambil ngemil dan itu biasanya lebih sering
dilakukan oleh para wanita ketimbang lelaki, kemudian kebiasaan yang
satu ini yang biasa dilakukan oleh para lelaki adalah memainkan pena diujung
jari. Berbagai kebiasaan diatas tersebut jangan dianggap sepele, kaena bisa
saja ketika merea membaca dengan masing-masing expresinya mereka lebih bisa
mendalami atau lagi benar-benar menghayati setiap kata per katanya.
Dan
coba jika kita bandingkan minat membaca kita yang berpendidikan dengan mereka
yang kurang beruntung untuk menikmati pendidikan tinggi sperti kita saat ini,
dimana kehidupan mereka yang berkekurangan namun memiliki semangat belajar yang
tinggi. Mereka-mereka itulah yang sering menghabiskan waktunya untuk membaca,
entah itu Koran kusam ataupun majalah bekas yang biasa dibuang oleh para
pelajar. Ini menunjukan bahwa kita yang saat ini berpendidikan tinggi belum
bisa mensyukuri segala yang kita miliki. Maka ada baiknya jika kita yang berpendidikan jua harus kembali
berbenah diri dan belajar dari mereka.
Maka
untuk itu, kita perlu merasa bersyukur dan merasa memiliki sebelum kita bisa
melangkah atau berpindah ke topik yang lain. Begitu juga degan menumbuhkan
minat baca dalam diri kita sendiri. Dan yang perlu diingat adalah buku adalah
jendela dunia maka membaca adalah kunci menbuka dunia. Maka perbanyaklah
membawa untuk menambah wawasan dan tanamkan
rasa ingin tau dalam diri untuk mencapai tujuan serta cita-cita. Karena kamu
takan bisa berjalan dalam kegelapan sendiri, kamu butuh pelita sebagai penerang
jalanmu. Begitu juga dengan pendidikanmu. Setinggi apapun tingkat pendidikanmu,
tapi kalau minat baca dan belajarmu kurang maka kamu akan selalu menjadi yang
terakhir dan terbelakang karena wawasanmu tidaklah seluas mereka yang mencintai
membaca.daya kita sendiri untuk mencoba budaya luar, contoh
kecilnya saja budaya membaca buku yang
biasanya bertatap langsung dengan buku kini beralih pada tatapan layar
handphone sendiri, ini membuktikan bahwa kita lebih cenderung meniru budaya
luar ketimbang memelihara budaya kita sendiri, apalagi dengan berkembangnya
alat-alat elektronik yang sangat mempermudah aktivitas belajar kita. Tapi perlu
diketahui bahwa, kehadiran alat-alat elektronik tersebut juga bisa membawa
dampak negative, diantaranya kemalasan yang semakin merajalela dan minat belajar
yang semakin berkurang.
Kendatinya
dengan membaca buku berarti kita juga sudah bisa melestarikan budaya membaca di
Negara kita sendiri. Dan pada umumnya budaya membaca buku sudah diajarkan sejak
kita berusia dini hinggah terbawa sampai sekarang. Tapi tidak dipungkiri bahwa
sebagian dari kita malah menganggap budaya membaca buku sebagai sebuah
aktivitas atau pekerjaan yang membosankan. Karena harus duduk berjam-jam dan
menatap lembar per lembar dengan telitinya, bahkan ada yang beranggapan bahwa
pekerjaan membaca adalah membuang-buang waktu, mengapa demikian? Karena membaca
akan memerlukan waktu yang sangat panjang, ketimbang menonton televisi atau
mendengarkan radio. Apalagi zaman
sekarang ini setiap beritanya selalu ter-update setiap menitnya dan itu mempermudah
masyarakat untuk menyimak secara cepat melalui televisi dan radio dengan mudah
tanpa perlu menunggu beberapa jam untuk harus membaca berita tersebut. Namun yang menjadi persoalan
terbesar adalah dengan adanya televisi lebih banyak masyarakat yang
menghabiskan waktunya didepan layar, dan kebiasaan ini biasanya paling banyak
dilakukan oleh para pelajar dan mahasiswa. Sehinggah penyebabnya adalah
kemalasan untuk membaca lumrah menjadi suatu kebiasaan yang sering terabaikan,
ditambah lagi dengan kurangnya parhatian dari para orang tua dan kesadaran
dalam diri yang selalu terabaikan.
Membaca
merupakan salah satu media belajar yang sangat efektif di dalam dunia
pendidikan. Itu jelas dalam dunia pembelajaran, pendidikan harus didasari
dengan kemampuan, dimana kemampuan tersebut harus diimbangi dengan tulis dan
baca sebagai dasar. Di Indonesia sendiri, membaca dan menulis sudah menjadi
kebiasaan sejak awal masuk sekolah, namun dengan berjalannya waktu, kebiasaan
itu semakin berkurang dengan bertambahnya usia serta bertambahnya jumlah
kesibukan pada diri seseorang, hinggah akhirnya kebiasaan-kebiasaan yang sudah
terbawa dari kecil itu pun akhirnya sirna dan terlupakan, dan jika sesekali
membaca pun mungkin hanya ketika sedang ujian test ataupun lagi berada dalam
kelas tapi lebih banyaknya para pelajar lebih banyak menghabiskan membaca komix
atau novel-novel terbaru, membaca komix ataupun novel memang adalah juga bagian
dari belajar, tapi sebaiknya kebiasaan tersebut juga perlu diimbangi dengan
membaca bahan bacaan yang lain, misalnya saja membaca bacaan pendidikan atau
materi sekolah/kuliah sehinggah wawasan kita bisa bertambah. Dengan demikian
maka kebiasaan seperti itu di Indonesia
sudah menjadi seperti sebuah kebiasaan tersendiri. Dimana dalam dunia pendidikan
lebih sering menghabiskan waktu untuk membagi ilmu ketimbang mencari ilmu. Dan
itu sudah menjadi ketetapan dalam dunia pendidikan, yang hanya mengajarkan para
siswa maupun mahasiswi untuk mengambil kesempatan dalam menampung ilmu tanpa
mencari refrensi luar yang menambah wawasan siswa/siswinya.
Selain
itu, kurangnya kesadaran para pelajar dan mahasiswa dalam mementingkan dirinya
sendiri juga menjadi konflik utama , karena bagaimanapun juga hanya diri
sendirilah yang mampu mengendalikan segala kemauan dalam diri. Jika pada
mulanya tidak ada keinginan sama sekali dalam diri, maka mau sampai dimana juga
orang tersebut tidak akan pernah bisa berkembang. Maka di Indonesia akan terus
hidup sebagai Negara berkembang tanpa tau kapan harus menjadi Negara maju.
Bagaimana tidak, kalau kita hanya mau hidup dibawah ajaran orang dan Negara
lain, tanpa tau dan peduli sama Negara kita sendiri. Pendidikan yang semakin
campu aduk, ajaran yang semakin melemahkan semangat belajar siswanya, aturan
yang sering diinjak-injak, moral yang berubah-ubah, kapan kita memerdekakan
diri. Jangan bilang Indonesia merdeka berarti kita bebas dari penjajah, dan
merdeka secara total. Sesungguhnya kita masih dijajah oleh diri sendiri, masih
terbelenggu dengan hutang-piutang kemerdekaan itu.
Jangan
sekali-kali mengakui pendidikanmu bermutu tinggi sedangkan perpustakaanmu
dibiarkan kosong dan dipenuhi sarang
laba-laba serta berkerumun kutu-kutu
buku, lalu jangan juga kau bicara soal pengetahuan dan wawasan apabila kau
hanya menenteng handphone bermerek dan membalik-balikan screennya. Cobalah
bicara dan berdiskusi tentang judul atau topik yang memberimu pengetahuan.
Karena setinggi apapun pendidikanmu, tanpa membaca pendidikan tinggimu itu
adalah kosong. Membaca ibarat seperti pelita, menerangi sepanjang jalan dalam
kegelapan. Begitu juga dengan membaca. Membaca tidak hanya membantumu saat ini
ataupun detik ini saja. Dengan membaca dan semakin banyak membaca, memorymu
akan sanggup merekam sebagian yang kau baca hinggah disuatu hari apa yang kau
baca tersebut dapat kau rekam kembali. Membaca seperti menabung, semakin banyak
membacamu semakin kaya pengetahuanmu.
Membaca
yang baik akan membuatmu merasakan kenyamanan ketika kamu sedang membaca.
Membaca juga tidak hanya selalu ditempat-tempat yang sunyi, ada juga kebiasaan
membaca yang mampu menambah minat membacanya, seperti membaca sambil
mendengarkan dan menghayati lagu juag sangat bermanfaat, selain itu membaca
sambil ngemil dan itu biasanya lebih sering
dilakukan oleh para wanita ketimbang lelaki, kemudian kebiasaan yang
satu ini yang biasa dilakukan oleh para lelaki adalah memainkan pena diujung
jari. Berbagai kebiasaan diatas tersebut jangan dianggap sepele, kaena bisa
saja ketika merea membaca dengan masing-masing expresinya mereka lebih bisa
mendalami atau lagi benar-benar menghayati setiap kata per katanya.
Dan
coba jika kita bandingkan minat membaca kita yang berpendidikan dengan mereka
yang kurang beruntung untuk menikmati pendidikan tinggi sperti kita saat ini,
dimana kehidupan mereka yang berkekurangan namun memiliki semangat belajar yang
tinggi. Mereka-mereka itulah yang sering menghabiskan waktunya untuk membaca,
entah itu Koran kusam ataupun majalah bekas yang biasa dibuang oleh para
pelajar. Ini menunjukan bahwa kita yang saat ini berpendidikan tinggi belum
bisa mensyukuri segala yang kita miliki. Maka ada baiknya jika kita yang berpendidikan jua harus kembali
berbenah diri dan belajar dari mereka.
Maka
untuk itu, kita perlu merasa bersyukur dan merasa memiliki sebelum kita bisa
melangkah atau berpindah ke topik yang lain. Begitu juga degan menumbuhkan
minat baca dalam diri kita sendiri. Dan yang perlu diingat adalah buku adalah
jendela dunia maka membaca adalah kunci menbuka dunia. Maka perbanyaklah
membawa untuk menambah wawasan dan tanamkan
rasa ingin tau dalam diri untuk mencapai tujuan serta cita-cita. Karena kamu
takan bisa berjalan dalam kegelapan sendiri, kamu butuh pelita sebagai penerang
jalanmu. Begitu juga dengan pendidikanmu. Setinggi apapun tingkat pendidikanmu,
tapi kalau minat baca dan belajarmu kurang maka kamu akan selalu menjadi yang
terakhir dan terbelakang karena wawasanmu tidaklah seluas mereka yang mencintai
membaca.